Header Ads

Seo Services

Sosok Gus Mus di Mata Santri-santrinya

Membicarakan sosok KH A Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus memang tidak ada habisnya. Banyak yang mengenalnya sebagai tokoh yang serba bisa. Tidak sedikit pula komentar dari berbagai kalangan tentang Rais Am PBNU ini. Lalu bagaimana pandangan para santri di pesantren asuhannya?

Menurut salah satu santri, Muhammad Amin Zainuddin, Abah Mus—sebutan KH Ahmad Mustofa Bisri dari santri-santri di pesantrennya—adalah kiai yang demokratis, tidak menuntut santrinya supaya menjadi seperti dirinya, dan tidak pula memaksakan kepada santrinya untuk melakukan atau menjadi ini itu.

“Wayahe ngaji yo ngaji, wayahe bal-balan yo bal-balan (Waktunya mengaji ya mengaji, waktunya bermain sepak bola ya sepak bola),” ungkap Lurah Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Rembang, Kamis (3/7).

Selain itu, tambah Zainuddin, wibawa Abah Mus di mata santri tidak membuat santri menjadi takut, malah santri menjadi santai tetapi tetap mengedepankan ta’dhim.

Zainuddin juga mengungkapkan, Gus Mus adalah kiai yang menyukai sepak bola. “Saat pengajian kitab beliau pernah bercerita, dahulu ketika masih muda sempat bermain bola untuk PSIM Jogjakarta,” katanya sambil tersenyum.

Berbeda dengan pandangan Arsyad Siddiq santri pasanan asal Lamongan, Jawa Timur, ia mengakui kalau dirinya Ramadhan ini nyantri karena diajak teman. Selain itu ia mengikuti mengaji pasanan di pesantren asuhan Gus Mus untuk mencari barokah, menghilangkan kebodohan serta mencari pengalaman belajar di pesantren.

Salah satu hal yang membuat kagum Arsyad adalah penyampaian keterangan dalam setiap pengajian kitab. “Cara berbicara dan pengajarannya mempunyai ciri khas, metode memberi penalarannya mudah dimengerti,” ujarnya kepada NU Online.

Sementara itu, Adib santri asli Rembang mengungkapkan, “Paling aku seneng ketika mengajar, beliau menerangkan alur kata-katanya itu enak dan mudah dipahami. Apalagi ketika cedak (dekat) sama Abah Mus hawane ayem, enak.”

Ia juga membenarkan pandangan banyak orang bahwa Gus Mus merupakan tokoh multitalenta, sebagai kiai, budayawan, juga penulis. “Walaupun banyak pandangan di luar sana tentang Gus Mus, tetapi bagi kami beliau tetap sebagai pengasuh kami di pesantren,” terang laki-laki yang sudah nyantri sejak tahun 2003 hingga sekarang.

Pandangan lain diungkapkan Haerul Anwar. Ia mengagumi Gus Mus salah satunya karena karena Gus Mus seorang tokoh yang humoris.

“Di samping itu, beliau orangnya bebas bergaul dan tidak membeda-beda agama. Pantas jika beliau disebut sebagai ulama, seniman, budayawan, karena adalah sosok untuk kemasyarakatan,” terang santri asal Subang, Jawa Barat. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)
Rembang, NU Online

Tidak ada komentar:


Diberdayakan oleh Blogger.