Header Ads

Seo Services

"Processor" Mereka Hafalan Qur'an

Sangat indah sekali mereview masa kegemilangan islam dengan tokoh-tokohnya dalam masing-masing periode. Saking indahnya, kdang masa itu seperti terjadi di dunia dongeng. Masa Rasulullah SAW beserta para sahabat yang mampu menampilkan peradaban hebat. Masa khalifah dengan tampilnya ilmuwan Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, Al-Khawarizmi peramu ilmu pengetahuan sains dan teknologi yang kemudian menjadi pondasi peradaban eropa. Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi dan Hambali yang saling memuliakan diantara perbedaan mahzab yang mereka ajarkan. masa Turki utsmani melahirkan penakluk konstantinopel dengan teknologi perang serta strategi militer yang menginspirasi Eropa.

Tidak ada gelar professor, doktor, jendral, atau laksamana didepan nama mereka. Kampus-kampus ternama seperti Harvard, Stanford, Cambridge, Sorborne, Akademi Militer belum ada di era mereka. Mereka didikan madrasah nan bersahaja dengan kurikulum yang luar biasa. Kurikulum yang murni dari Rabb semesta alam, yaitu Al-Qur'anul Karim. Sunnah yang dibawa insan termulia dibawah pengajaran maha guru yang tawadluwara' akan ilmu, menjadi penuntut kehidupan sehari-hari. al-Qur'an yang dihafal dalam usia belia, terinstall sebagai Processor dalam pikiran dan jiwa sebelum menerima berabagai cabang ilmu pengetahuan. Cahaya Al-Qur'an yang memancari alam pikiran dan fikiran dan jiwa telah mengantarkan mereka menjadi bintang dalam bidangnya masing-masing.

Kini masa-masa itu memang tinggal kenangan. namun pintu harapan untuk menggapai lagi masa keemasan dimasa lampau masih terbuka. Syaratnya back to Al-Qur'an. Diseluruh penjuru dunia ghirah menghafal Al-Qur'an kembali marak ditahun-tahun belakangan ini, tidak terkecuali di Indonesia. Tahun 1990-an diwarnai dengan menjamurnya taman pendidikan Al-Qur'an dan berkembangbiaknya pendidikan menghafal Al-Qur'an bahkan untuk usia dini. Para hafidz penghafal Al-Qur'an sejauh ini sangat laras dengan pendidikan keislaman, madrasah, pesantren sampai perguruan tinggi agama islam.

Namun disaat yang sama gerakan liberalisme juga takkalah masif bertumbuhan dipusat-pusat pendedaran kaum intelektual, kampus, organisasi-organisasi islam dan lain-lain. Liniernya para penghafal Al-Qur'an dengan pendidikan keislaman patut disyukuri dimana mereka diharapkan mampu membawa pemurnian dan pembaruan dalam keilmuan islam. pemurnian dari sekuralisme, pluralisme dan liberalisme yang dalam beberapa dekade terakhir mewarnai lembaga pendidikan islam.

Kaum sekuler menganggap bahwa ilmu keislaman dan sains teknologi berada dalam dua kutub yang berseberangan. Seperti dua medan magnet, keduanya saling bertolakan. Dengan kata lain, tak mungkin disatukan. Kaum sekuler  beranggapan bahwa agama adalah urusan privat yang tak ada sangkut pautnya dengan hajat hidup orang banyak. Maka jadilah ayat-ayat Al-qur'an, Salat, Puasa sekedar ibadah ritual yang tak berdampak apa-apa pada kehidupan. Padahal para ahli mengakui, dibalik semua ibadah tersebut terkandung manfaat yang berkolerasi langsung pada kehidupan. Disetiap ayat Al-Qur'an terkandung ilmu pengetahuan yang bermutu tinggi.

Peradaban Islam membuktikan salah satunya Ibnu sina menghafal Al-Qur'an sebagai visi hidup serta pintu menuju khazanah ilmu kedokteran. Muhammad Al-fatih menghafal Al-Qur'an dan menjadikan Al-Qur'an sebagai visi hidup kunci belajar ilmu politik, ketatanegaraan dan strategi militer.
Dalam era sekarang, kehebatan para penghafal Al-Qur'an terbukti dan teruji pada perjuangan rakyat Palestina. Pejuang Palestina, dengan segala kekurangan duniawi, terbukti mampu menggentarkan kekuatan militer negara yahudi sebagai salah satu kekuatan militer hebat dunia.

Hafalan Al-Qur'an yang meresap dalam jiwa mereka telah membangkitkan semangat juang dan semangat belajar mereka. Sehingga dalam keaadaan serba terbatas pun mereka masih mampu menghadirkan strategi perang dan teknologi militer mencengangkan pihak lawan. Spirit Al-Qur'an juga mambangkitkan keyakinan akan datangnya kemerdekaan dan kejayaan Palestina sebagai negara yang berdaulat penuh pada masa yang akan datang.

Hidup dinegeri yang aman sentosa, sudah seharusnya membuat kita melipatgandakan syukur. Sudah sepatutnya pula kita lebih giat mempelajari Al-Qur'an lalu menerapkannya dalam kehidupan. Tentu kita tidak perlu menunggu keadaan negeri kita seperti Palestina atau Syiria agar hadir ghiroh dalam diri kita.

Maka, dengan mengharap Ridha Allah, kita persiapkan generasi-generasi penghafal Al-Qur'an menjadi Processor Doktor bidang keislaman, kedokteran, teknologi, ekonomi, politik, sosial dan budaya. Pengusaha handal penghafal Al-Qur'an sekelas Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf yang mampu bersaing  dalam belantara tipu muslihat bisnis Yahudi. Penghafal Al-Qur'an yang mampu menjaga kedaulatan bangsanya dari penjajahan negara-negara jahat. Dengan begitu, niscaya kejayaan islam masa lampau yang kita banggakan itu kembali hadir dalam abad ini.

Sumber: (HIKMAH | Majalah Yatim)

Tidak ada komentar:


Diberdayakan oleh Blogger.